Kongkang jeram | ||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Status konservasi | ||||||||||||||
Klasifikasi ilmiah | ||||||||||||||
| ||||||||||||||
Nama binomial | ||||||||||||||
Huia masonii (Boulenger, 1884) | ||||||||||||||
Sinonim | ||||||||||||||
Huia javana Yang, 1991 |
Kongkang jeram adalah nama sejenis kodok dari suku Ranidae. Nama ilmiahnya adalah Huia masonii Boulenger, 1884; diberikan untuk mengenang Mason, seorang naturalis Inggris. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Javan torrent-frog (Iskandar, 1998).
Kodok yang bertubuh sedang dan ramping, panjang tubuh antara 30-50 mm SVL (snout-to-vent length, dari ujung moncong hingga ke anus). Kodok jantan lebih kecil dari kodok betina. Kaki kurus dan sangat panjang, mengingatkan pada kaki belakang belalang.
Sisi dorsal (punggung) kecoklatan atau coklat hijau zaitun, sering dengan bercak-bercak berwarna gelap atau terang. Kulit punggung halus. Lipatan dorsolateral tidak begitu jelas, terputus-putus, dan berbintik-bintik gelap atau hitam. Satu pita hitam berjalan dari depan mata ke belakangnya di sekitar timpanum (gendang telinga) sampai ke bahu. Sisi luar tangan dan kaki dengan belang-belang gelap atau kehitaman. Sisi ventral (perut) berwarna putih.
Bibir bergaris-garis samar. Timpanum berwarna daging dan melekuk di tengahnya. Jari-jari tangan dan kaki dengan piringan yang melebar.
Kebiasaan dan penyebaran
Kodok ini terutama hidup di sekitar sungai kecil dan anak sungai yang berarus deras di hutan-hutan primer dan sekunder. Aktif di malam hari (nokturnal), kongkang jeram menyukai sungai berbatu-batu dan berair jernih. Kodok jantan menggunakan batu-batu besar atau kayu yang melintang di tengah sungai sebagai tempatnya bertengger dan bersuara memanggil betinanya. Pada saat bulan purnama, jantan tinggal di antara rerumputan di tepi sungai.
Kongkang jeram adalah jenis yang endemik di Jawa. Iskandar (1998) memperlihatkan jenis ini banyak tercatat dari daerah pegunungan, seperti Gunung Salak (Ciapus), G. Gede (Perbawati, Cibodas), G. Halimun (Citalahab), Bandung (Lembang, Maribaya), G. Slamet (Baturraden), G. Ungaran, dan Peg. Tengger. Meskipun spesimen tipe jenis ini tercatat berasal dari Batavia (Jakarta), yang terletak dekat laut.
Kurniati (2003) mengamati di G. Halimun kongkang jeram terutama menyebar antara ketinggian 800-1.000 m dpl., sementara di G. Gede mencapai 2.000 m dpl.
Kodok ini berstatus ‘Rentan’ (Vulnerable) menurut IUCN, karena sebarannya yang terbatas dan habitatnya yang terus menyusut oleh sebab aktivitas manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar